Thalhah bin Ubaidillah
(bahasa Arab: طلحة بن عبیدالله ) adalah salah satu di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ dan merupakan di antara orang-orang yang awal dalam memeluk Islam. Ia adalah sepupu dari khalifah pertama Abu Bakar bin Abu Quhafah dan selalu ikut dalam berbagai peperangan pada periode awal Islam serta mampu menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya.Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Ia bekerjasama dengan khalifah pertama serta ikut secara aktif dalam berbagai invasi perluasan wilayah. Thalhah ditunjuk oleh Khalifah kedua sebagai salah seorang anggota Dewan Syuro yang terdiri dari enam orang untuk memilih dan menetapkan khalifah Ketiga. Ia terlibat dalam peristiwa pembunuhan Usman bin Affan dan dianggap sebagai orang mendorong pembunuhan khalifah. Setelah Usman terbunuh, Ia berbaiat kepada Ali bin Abi Thalib as; namun tak lama kemudian Ia menarik kembali baiatnya dan bersama Zubair serta Aisyah istri Nabi saw dan sebagian kalangan Bani Umayyah yang dikenal dengan Nakitsin, menyulut terjadinya Perang Jamal untuk melawan Ali bin Abi Thalib as dan dalam perang ini Ia terbunuh oleh Marwan bin al-Hakam (yang tergabung dalam pasukan Nakitsin).
Biografi
Abu Muhammad Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Amru bin Ka'ab bin
Sa'ad bin Taim bin Marrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib Qursyi at-Taimi
dari bani Taim bin Marrah lahir 10 tahun sebelum era kenabian. Ibunya
Sha'bah binti Hadhrami masih sempat hidup di masa Nabiﷺ dan menurut perkataan sebagian keluarga Thalhah, meninggal dalam keadaan Muslim.
Di antara istri-istrinya adalah Hammanah binti Jahsy (sepupu Nabi saw dan ibu dari Muhammad dan Imran), Ummu Kultsum putri Abu Bakar (melahirkan Ya'qub, Ismail, Zakaria dan Aisyah), Su'da binti Auf (ibu dari Isa dan Yahya), Khulah binti Qa'qa bin Ma'bad bin Zurarah bin Adas Tamimi (ibu dari Musa), Ummu Harits binti Qusamah dari kabilah Tha (ibu dari Ummu Ishaq), Ummu Aban binti Utbah bin Rabi'ah (ibu dari Ishaq) serta seorang perempuan dari Taglabiah (ibu dari Shaleh). Begitupula Sha'bah dan Maryam masing-masing adalah pelayan dari Ummu Walid.
Di antara istri-istrinya adalah Hammanah binti Jahsy (sepupu Nabi saw dan ibu dari Muhammad dan Imran), Ummu Kultsum putri Abu Bakar (melahirkan Ya'qub, Ismail, Zakaria dan Aisyah), Su'da binti Auf (ibu dari Isa dan Yahya), Khulah binti Qa'qa bin Ma'bad bin Zurarah bin Adas Tamimi (ibu dari Musa), Ummu Harits binti Qusamah dari kabilah Tha (ibu dari Ummu Ishaq), Ummu Aban binti Utbah bin Rabi'ah (ibu dari Ishaq) serta seorang perempuan dari Taglabiah (ibu dari Shaleh). Begitupula Sha'bah dan Maryam masing-masing adalah pelayan dari Ummu Walid.
Islam
Thalhah bin Ubaidillah tertarik dan masuk Islam berkat Abu Bakar. Menurut
penukilan yang lain Thalhah sedang berada di Syam di mana seorang
Pendeta (Rahib) mengabarkan padanya kedatangan seorang Nabi bernama
Ahmad putra Abdul Muththalib dan setelah datang ke Mekah dia masuk Islam bersama Abu Bakar.
Thalhah bersama Abu Bakar lebih sering disiksa oleh Naufal bin Khuwailid bin Adwiah atau Usman bin Ubaidillah (saudara Thalhah). Naufal (atau Usman) selalu mengikat kedua orang ini dengan satu tali guna mencegah mereka salat. Thalhah adalah termasuk di antara Muhajir (orang-orang yang hijrah) sebelum Nabi saw hijrah dan bersama sebagian Keluarga Nabi saw melakukan perjalanan ke Madinah dan tinggal di rumah Habib bin Asaf dari bani Harits bin Khazraj
Menurut sebuah nukilan Thalhah membawa dua baju putih dari Syam untuk Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar, dan keduanya memakai pakaian putih dari Syam tersebut dan masuk ke Madinah. Di kota Mekah Nabi ﷺ mengikat ikrar persaudaraan (akad Ukhuwat) di antara Thalhah dan Zubair bin 'Awwam atau Said bin Zaid atau Sa'ad bin Abi Waqqash dan setelah berhijrah ke Madinah, dalam hal Akad Ukhuwat, Nabi ﷺ mengikat ikrar persaudaraan di antara Thalhah dan Ka'ab bin Malik atau Abu Ayub Anshari atau Abi bin Ka'ab.
Thalhah termasuk di antara para perawi Nabiﷺ di mana riwayat terkenal ini adalah darinya: Thalhah berkata, "Aku bertanya kepada Nabi saw bagaimana kami mengirimkan sholawat kepadamu. Ia bersabda, “Katakanlah!: اللَّهمّ صل علی محمد و علی آل محمد کما صلیت علی إبراهیم إنک حمید مجید، و بارک علی محمد و علی آل محمد کما بارکت علی آل إبراهیم إنک حمید مجید ” Terdapat orang-orang seperti anak-anaknya Yahya, Musa, Isa, Qais bin Abu Hazim, Ahnaf bin Qais, Saib bin Yazid, Abu Usman Nahdi dan Abu Salmah bin Abdurrahman yang menukilkan riwayat darinya.
Thalhah bersama Abu Bakar lebih sering disiksa oleh Naufal bin Khuwailid bin Adwiah atau Usman bin Ubaidillah (saudara Thalhah). Naufal (atau Usman) selalu mengikat kedua orang ini dengan satu tali guna mencegah mereka salat. Thalhah adalah termasuk di antara Muhajir (orang-orang yang hijrah) sebelum Nabi saw hijrah dan bersama sebagian Keluarga Nabi saw melakukan perjalanan ke Madinah dan tinggal di rumah Habib bin Asaf dari bani Harits bin Khazraj
Menurut sebuah nukilan Thalhah membawa dua baju putih dari Syam untuk Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar, dan keduanya memakai pakaian putih dari Syam tersebut dan masuk ke Madinah. Di kota Mekah Nabi ﷺ mengikat ikrar persaudaraan (akad Ukhuwat) di antara Thalhah dan Zubair bin 'Awwam atau Said bin Zaid atau Sa'ad bin Abi Waqqash dan setelah berhijrah ke Madinah, dalam hal Akad Ukhuwat, Nabi ﷺ mengikat ikrar persaudaraan di antara Thalhah dan Ka'ab bin Malik atau Abu Ayub Anshari atau Abi bin Ka'ab.
Thalhah termasuk di antara para perawi Nabiﷺ di mana riwayat terkenal ini adalah darinya: Thalhah berkata, "Aku bertanya kepada Nabi saw bagaimana kami mengirimkan sholawat kepadamu. Ia bersabda, “Katakanlah!: اللَّهمّ صل علی محمد و علی آل محمد کما صلیت علی إبراهیم إنک حمید مجید، و بارک علی محمد و علی آل محمد کما بارکت علی آل إبراهیم إنک حمید مجید ” Terdapat orang-orang seperti anak-anaknya Yahya, Musa, Isa, Qais bin Abu Hazim, Ahnaf bin Qais, Saib bin Yazid, Abu Usman Nahdi dan Abu Salmah bin Abdurrahman yang menukilkan riwayat darinya.
Keikutsertaan dalam Peperangan
Thalhah tidak hadir dalam Perang Badar di Madinah dan Nabiﷺ mengirim dia bersama Said bin Zaid ke Syam sebagai mata-mata dan ketika
kembali dari Syam kaum Muslimin telah kembali dari Badar. Setelah
kembali dari safar Thalhah mendatangi Nabiﷺ dan meminta kepada beliau
bagian dari ghanimah (harta rampasan perang) Perang Badar dan Nabiﷺ memberikan secara khusus bagian dari ghanimah kepadanya. Thalhah turut serta dalam Perang Uhud
dan menurut sebagian nukilan beliau mampu menunjukkan keberanian dan
kepahlawanannya. Ia terluka dalam perang ini dan sebagian dari jemarinya
lumpuh atau tak berfungsi lagi.
Di akhir-akhir perang ini dan setelah tersebarnya berita terbunuhnya Nabiﷺ, Thalhah bersama sebagian kaum Muhajir dan Anshar di antaranya Umar bin Khattab memutuskan mundur dari peperangan. Anas bin Nadhir berpaling kepadanya dan berkata, "Mengapa engkau duduk?" Ia berkata, "Nabiﷺ telah terbunuh!" Anas berkata, "Maka bangkitlah! Dan tempuhlah jalan di mana Nabi terbunuh dan terbunuhlah dengan penuh kemuliaan!". Tentunya menurut penukilan lainnya, Thalhah termasuk salah satu di antara beberapa orang yang loyal tetap tinggal di sekeliling Nabiﷺ di tengah-tengah pertempuran setelah gempuran pasukan Quraisy (di mana banyak di antara kaum Muslimin melarikan diri).
Begitupula sebelum Perang Tabuk, Thalhah dipercayakan memimpin sekelompok pasukan (satuan yang biasanya bergerak di malam hari) untuk membubarkan segerombolan kaum Munafik yang berkumpul di rumah Sulaim seorang Yahudi.
Di akhir-akhir perang ini dan setelah tersebarnya berita terbunuhnya Nabiﷺ, Thalhah bersama sebagian kaum Muhajir dan Anshar di antaranya Umar bin Khattab memutuskan mundur dari peperangan. Anas bin Nadhir berpaling kepadanya dan berkata, "Mengapa engkau duduk?" Ia berkata, "Nabiﷺ telah terbunuh!" Anas berkata, "Maka bangkitlah! Dan tempuhlah jalan di mana Nabi terbunuh dan terbunuhlah dengan penuh kemuliaan!". Tentunya menurut penukilan lainnya, Thalhah termasuk salah satu di antara beberapa orang yang loyal tetap tinggal di sekeliling Nabiﷺ di tengah-tengah pertempuran setelah gempuran pasukan Quraisy (di mana banyak di antara kaum Muslimin melarikan diri).
Begitupula sebelum Perang Tabuk, Thalhah dipercayakan memimpin sekelompok pasukan (satuan yang biasanya bergerak di malam hari) untuk membubarkan segerombolan kaum Munafik yang berkumpul di rumah Sulaim seorang Yahudi.
Terusiknya Nabi Muhammad saw
Thalhah mengeluarkan kata-kata tentang istri-istri Nabiﷺ yang telah membuat Nabiﷺ marah dan karena itu pula beberapa ayat turun mengecamnya. Thalhah
berkata, "Jika Nabiﷺ meninggal, aku akan menjalin hubungan (menikah)
dengan istrinya Aisyah". Lantaran hal ini turunlah ayat:
وَمَا كَانَ لَكُمْ أَن
تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّـهِ وَلَا أَن تَنكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِن بَعْدِهِ
أَبَدًا ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِندَ اللَّـهِ عَظِيمًا
(Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi
istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh yang
demikian itu sangat besar di sisi Allah) [Surah al Ahzab : 53].
Masa para Khalifah
Thalhah adalah di antara orang-orang yang hadir dalam berbagai peperangan bersama khalifah Pertama (Abu bakar). Begitupula dia bersama Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Abu Bakar, sebelum Abu Bakar
dikubur, adalah di antara orang-orang yang masuk kedalam kuburnya dan
kemudian menguburkan Abu Bakar di samping Nabi saw.
Pada sebagian kasus Thalhah mengecam Abu Bakar lantaran memberikan ruang yang lebih dari semestinya kepada Umar bin Khattab dan termasuk di antara orang-orang yang protes setelah Abu Bakar mengumumkan Umar bin Khattab sebagai pengganti atau khalifah selanjutnya. Thalhah turut serta dalam sebagian agresi-agresi penaklukan di antaranya dalam penaklukan Iran bersama Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin 'Awwam di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Begitupula pada sebagian invasi perluasan wilayah, menjadi penasehat Umar.
Pada sebagian kasus Thalhah mengecam Abu Bakar lantaran memberikan ruang yang lebih dari semestinya kepada Umar bin Khattab dan termasuk di antara orang-orang yang protes setelah Abu Bakar mengumumkan Umar bin Khattab sebagai pengganti atau khalifah selanjutnya. Thalhah turut serta dalam sebagian agresi-agresi penaklukan di antaranya dalam penaklukan Iran bersama Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin 'Awwam di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Begitupula pada sebagian invasi perluasan wilayah, menjadi penasehat Umar.
Dewan Syura Penentuan Khalifah Ketiga
Anggota Syuro Enam Orang | |
Untuk Menentukan Khalifah Ketiga | |
Imam Ali as Utsman bin Affan Abdurrahman bin 'Auf Sa'ad bin Abi Waqqash Zubair bin 'Awwam Thalhah bin Ubaidillah |
Turut Serta dalam Pembunuhan Usman
Thalhah adalah di antara orang-orang yang terlibat dalam pengepungan
rumah Utsman pada tahun 35 H/655 di mana Ia sangat bersikeras dalam
pengepungan rumah khalifah dan menghalangi masuknya air ke rumah Utsman;
hingga Ali bin Abi Thalib as mengetahui hal tersebut dan marah dan
sesudah itu barulah mereka mengizinkan untuk membawa kantong-kantong air
kerumah Usman.
Begitupula di hari-hari saat pengepungan, Ia mengemban tugas sebagai imam jamaah Kota Madinah. Berdasarkan nukilan Ibnu Atsam, Thalhah bersama seorang lelaki dari bani Taim mengepung rumah Usman dan Usman meminta bantuan kepada Ali bin Abi Thalib as. Setelah Imam Ali as turut campur dalam kejadian ini, Thalhah bersama teman-temannya menghentikan pengepungan rumah. Dalam peristiwa pembunuhan Usman, Thalhah dituduh membunuh Khalifah Ketiga. Dalam hal ini terdapat beberapa bukti; di antaranya: Pada saat pengepungan rumahnya, Usman menyebut Thalhah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pembangkangan itu dan menyebutnya sebagai provokator utama pemberontakan terhadap khilafah.
Begitu pula Ya'qubi menyebutkan nama Thalhah di samping nama-nama Zubair dan Aisyah sebagai penggerak (provokator) utama masyarakat dalam pembunuhan Khalifah Ketiga. Bahkan Anaknya sendiri Muhammad menyebut dia terlibat dalam pembunuhan Usman. Marwan bin Hakam menyebut alasan atau sebab pembunuhan Thalhah pada Perang Jamal lantaran tak ada seorang pun yang berusaha membunuh Usman melebihi usaha Thalhah.
Begitupula di hari-hari saat pengepungan, Ia mengemban tugas sebagai imam jamaah Kota Madinah. Berdasarkan nukilan Ibnu Atsam, Thalhah bersama seorang lelaki dari bani Taim mengepung rumah Usman dan Usman meminta bantuan kepada Ali bin Abi Thalib as. Setelah Imam Ali as turut campur dalam kejadian ini, Thalhah bersama teman-temannya menghentikan pengepungan rumah. Dalam peristiwa pembunuhan Usman, Thalhah dituduh membunuh Khalifah Ketiga. Dalam hal ini terdapat beberapa bukti; di antaranya: Pada saat pengepungan rumahnya, Usman menyebut Thalhah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pembangkangan itu dan menyebutnya sebagai provokator utama pemberontakan terhadap khilafah.
Begitu pula Ya'qubi menyebutkan nama Thalhah di samping nama-nama Zubair dan Aisyah sebagai penggerak (provokator) utama masyarakat dalam pembunuhan Khalifah Ketiga. Bahkan Anaknya sendiri Muhammad menyebut dia terlibat dalam pembunuhan Usman. Marwan bin Hakam menyebut alasan atau sebab pembunuhan Thalhah pada Perang Jamal lantaran tak ada seorang pun yang berusaha membunuh Usman melebihi usaha Thalhah.
Pemutusan Baiat dan Perang Jamal
Thalhah adalah orang yang pertama kali berbaiat kepada Imam Ali as setelah pembunuhan Utsman dan karena tangannya terlihat lumpuh, seorang lelaki dari Bani Asad menyebut baiatnya yang keliru atau tak baik. Beberapa
lama kemudian, Ia membatalkan baiatnya dan guna membentuk sebuah
pasukan untuk melawan Imam Ali as. Ia pergi ke Bashrah bersama Zubair
dan Aisyah dan menyulut Perang Jamal.
Thalhah bangkit melawan Imam Ali as dalam Perang Jamal pada tahun 36 H/656 bersama Zubair dan Aisyah. Dinukilkan bahwa ketika Thalhah dan Zubair masuk ke Bashrah, Abdullah bin Hakim Tamimi membawa kepada mereka tulisan-tulisan Thalhah yang menunjukkan rencana Thalhah mengumpulkan pasukan untuk melawan Utsman. Abdullah berkata kepada Thalhah, “Apa yang terjadi! Kemarin engkau mendesak pengumpulan pasukan dan hari ini engkau hendak menuntut balas atas darah Utsman?” Thalhah berkata : "Hari ini aku tidak menemukan sesuatu yang benar pada kasus Utsman kecuali taubat dan menuntut balas darahnya".
Dalam perang ini Imam Ali as menyebut Thalhah sebagai orang yang paling licik di mana bersama Zubair, Aisyah dan Ya'li bin Muniyah sebagai musuh yang paling gigih.
Marwan bin Hakam di awal perang mengatakan, "Setelah hari ini aku tidak akan menuntut balas lagi atas darah Utsman". Marwan bin Hakam pada permulaan perang atau setelah pasukan Jamal melarikan diri serta semakin jelasnya kekalahan mereka, melesatkan anak panah ke arah Thalhah bin Ubaidillah yang bersarang di lututnya serta roboh akibat tancapan anak panah ini pula dan dikuburkan di dekat sebuah sungai di Bashrah. Dikatakan, ketika wafat dia berusia 62 atau 64.
Thalhah bangkit melawan Imam Ali as dalam Perang Jamal pada tahun 36 H/656 bersama Zubair dan Aisyah. Dinukilkan bahwa ketika Thalhah dan Zubair masuk ke Bashrah, Abdullah bin Hakim Tamimi membawa kepada mereka tulisan-tulisan Thalhah yang menunjukkan rencana Thalhah mengumpulkan pasukan untuk melawan Utsman. Abdullah berkata kepada Thalhah, “Apa yang terjadi! Kemarin engkau mendesak pengumpulan pasukan dan hari ini engkau hendak menuntut balas atas darah Utsman?” Thalhah berkata : "Hari ini aku tidak menemukan sesuatu yang benar pada kasus Utsman kecuali taubat dan menuntut balas darahnya".
Dalam perang ini Imam Ali as menyebut Thalhah sebagai orang yang paling licik di mana bersama Zubair, Aisyah dan Ya'li bin Muniyah sebagai musuh yang paling gigih.
Marwan bin Hakam di awal perang mengatakan, "Setelah hari ini aku tidak akan menuntut balas lagi atas darah Utsman". Marwan bin Hakam pada permulaan perang atau setelah pasukan Jamal melarikan diri serta semakin jelasnya kekalahan mereka, melesatkan anak panah ke arah Thalhah bin Ubaidillah yang bersarang di lututnya serta roboh akibat tancapan anak panah ini pula dan dikuburkan di dekat sebuah sungai di Bashrah. Dikatakan, ketika wafat dia berusia 62 atau 64.
Harta Kekayaan Thalhah
Ketika Thalhah wafat, Ia meninggalkan begitu banyak harta. Nilai biji
padi atau gandumnya di Irak antara 400 ribu hingga 500 ribu Dirham dan
penghasilan kesehariannya dari gandum atau biji padi yang ada di Irak
sekitar 1000 Dirham. Begitupula nilai gandum atau biji padinya di Sarrah
sekitar 10 ribu Dinar. Demikian pula dinukilkan bahwa nilai warisan
yang ditinggalkannya berupa lahan (tanah), ternak, harta benda dan uang
tunai (Dirham dan Dinar) sebesar 30 juta Dirham. Dia meninggalkan uang
tunai 2 juta 200 ribu Dirham dan 200 ribu Dinar dan selebihnya berupa
lahan, ternak dan barang. Begitupula, dinukilkan bahwa ketika Thalhah
bin Ubaidillah terbunuh di tangan bendahara atau penjaga gudangnya
terdapat 2 juta 200 ribu Dirham uang tunai dan perkebunan serta
harta-harta lainnya yang terhitung senilai 30 juta Dirham. Begitupula
menurut nukilan lainnya bahwa dari Thalhah bin Ubaidillah mewariskan 100
kulit sapi jantan yang dipenuhi kepingan emas di mana pada
masing-masingnya terdapat 300 pon (0,454 Kg.) emas.
Kedudukan dalam Ahlusunnah
Thalhah di kalangan Ahlusunnah mempunyai kedudukan yang tinggi dan Ia disebut sebagai salah seorang di antara Asyarah Mubsyirah
(sepuluh orang yang dijamin masuk surga oleh Nabiﷺ), Thalhah Al
Khair, Thalhah Fayyadh, salah satu di antara sahabat yang memiliki fatwa
(setelah tujuh mufti besar sahabat). Dia adalah di antara perawi-perawi
besar dari Nabiﷺ di mana orang-orang meriwayatkan darinya seperti putra-putranya: Yahya
dan Musa, Qais bin Abu Hazim, Abu Salmah bin Abdurrahman serta Malik bin
Abu ‘Amir.
Begitupula mereka menyebut Thalhah bersama Hamzah bin Abdul Muththalib, Ja'far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib as, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Utsman bin Affan, Usman bin Mazh'un, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash serta Zubair bin 'Awwam sebagai dua belas pengikut (Hawariyyun) Nabiﷺ.
Wassalam
Begitupula mereka menyebut Thalhah bersama Hamzah bin Abdul Muththalib, Ja'far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib as, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Utsman bin Affan, Usman bin Mazh'un, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash serta Zubair bin 'Awwam sebagai dua belas pengikut (Hawariyyun) Nabiﷺ.
Wassalam
Komentar
Posting Komentar
tinggalkan komentar di sini